Langsung ke konten utama

Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah Download Murottal Juz 30 Anak Kecil

Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah

Hi, selamat pagi, pada kali ini akan membawakan tentang download murottal juz 30 anak kecil Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah simak selengkapnya 

RUQYAH, PENYEMBUHAN DENGAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH

Oleh

Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Allah membangun makhlukNya dengan melepaskan pukulan dan ujian, lalu menuntut konsekwensi kesenangan, adalah bersyukur; dan konsekwensi kesusahan, adalah sabar. Hal ini bisa berjalan dengan Allah membalikkan berbagai cuaca manusia sehingga peribadahan manusia kepada Allah menjadi jelas. Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa musibah, penderitaan dan kebobrokan merupakan keadaan yang biasa belah manusia. Dan semua itu pasti menimpa mereka, untuk mewujudkan peribadahan kepada Allah semata, serta untuk memandang siapa yang amat baik amalnya.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menjadikan mati dan hidup, agar Dia menguji kamu, siapa diantara anda yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa lagi Mahapengampun” [Al Mulk/67 : 2]

Hidup ini tak lepas dari pukulan dan ujian; bahkan pukulan dan cobaan merupakan Sunnatullah dalam kehidupan. Manusia diuji dalam seluruh sesuatu, baik dalam hal-hal yang disenangi maupun dalam keadaan yang dibenci dan tak disukai. Allah berkata :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai pukulan (yang sebenar-benarnya). Dan sekadar kepada Kami-lah anda dikembalikan”. [Al Anbiya`/21: 35].

Tentang ayat ini, Ibnu Abbas berkata: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan, kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan maksiat, advis dan kesesatan”.[1]

Berbagai macam kebobrokan merupakan bagian dari pukulan Allah yang diberikan kepada hambaNya. Sesungguhnya, cobaan-cobaan itu merupakan Sunnatullah yang menebak ditetapkan berasas rahmat dan hikmahNya. Ketahuilah, Allah tak menetapkan sesuatu, baik berupa ganjaran kauni (takdir yang pasti berlaku di alam semesta ini) ataupun syar’i, melainkan di dalamnya diperoleh kebestarian yang amat besar, sehingga tak mungkin bisa dinalar bagi akal manusia. Berbagai cobaan, ujian, penderitaan, kebobrokan dan kesulitan, semua itu mempunyai manfaat dan kebestarian yang sangat banyak.

Pada zaman sekarang, banyak kebobrokan yang menimpa manusia. Ada yang sudah diketahui obatnya, dan ada pula yang belum diketahui obatnya. Hal ini merupakan pukulan dari Allah, yang jua akhir dari perbuatan cacat dan maksiat yang dilakukan manusia. Allah berfirman:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan barang apa saja musibah yang menimpamu, alkisah adalah disebabkan bagi perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan sebelah besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. [Asy Syura/42 : 30].

Setiap kebobrokan pasti ada obatnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ماَ أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

“Allah tak menerjunkan penyakit, melainkan pasti menerjunkan obatnya”.[2]

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ, فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ

“Setiap kebobrokan ada obatnya. Jika suatu remedi itu tepat (manjur) untuk suatu penyakit, alkisah akan pulih dengan izin Allah”. [3]

Seorang muslim, bila ditimpa penyakit, ia wajib bertenggang mencari obatnya dengan berusaha menurut maksimal. Dalam usaha menyembuhkan kebobrokan yang dideritanya, alkisah wajib memperhatikan tiga hal.

Pertama : Bahwa remedi dan dokter sekadar sarana kesembuhan. Adapun yang benar-benar memulihkan kebobrokan hanyalah Allah.

Allah berfirman, mendongengkan Nabi Ibrahim Alaihissallam.

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah

“..dan apabila abdi sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku”. [Asy Syu’ara’/26: 80].

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, alkisah tak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan andaikan Allah memalar kebaikan bagimu, alkisah tak ada yang dapat menolak karuniaNya. Dia melepaskan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendakiNya diantara hamba-hambaNya, dan Dia-lah Yang Maha pengasih lagi Maha penyayang”. [Yunus/10 : 107].

Kedua : Dalam bertenggang ataupun berusaha mencari remedi tersebut, tak boleh dilakukan dengan cara-cara yang haram dan syirik.

Yang haram seperti berobat dengan menggunakan remedi yang terlarang ataupun barang-barang yang haram, akibat Allah tak menjadikan penyembuhan dari barang yang haram.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ خَلَقَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ , فَتَدَاوَوْا وَلاَ تَتَدَاوَوْا بِحَرَامٍ

“Sesungguhnya Allah membangun kebobrokan dan obatnya, alkisah berobatlah dan janganlah berobat dengan (obat) yang haram”.[4]

إَنَّ اللهَ لَمْ يَجْعَلْ شِفَاءَ كُمْ فِي حَرَامٍ

“Sesungguhnya Allah tak menjadikan kesegaran (dari penyakit) kalian pada apa-apa yang haram”.[5]

Tidak boleh jua berobat dengan hal-hal yang syirik, seperti: penyembuhan alternatif dengan cara mendatangi dukun, tukang sihir, paranormal, anak buah pintar, menggunakan jin, penyembuhan dengan jarak jauh dan sebagainya yang tak sesuai dengan syari’at, sehingga dapat mengakibatkan jatuh ke dalam perbuatan syirik dan cacat besar yang amat besar. Orang yang datang ke bomoh ataupun anak buah pintar, ia tak akan diterima shalatnya selama empatpuluh hari. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّا فًـا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ, لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِيْنَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang datang kepada bomoh (orang akil ataupun tukang ramal), lalu menanyakan kepadanya akan sesuatu, alkisah tak akan diterima shalatnya selama empatpuluh malam”.[6]

مَنْ أَتَى عَرَّا فًـا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ, فَقَد كَفَرَ بِمَا أُنزِلَ عَلى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi anak buah akil (tukang ramal ataupun dukun), lalu ia membenarkan barang apa yang diucapkannya, alkisah sungguh ia menebak kafir dengan barang apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad”.[7]

Apabila seseorang terhantam sihir, guna-guna, santet, kesurupan jin dan lainnya ataupun kebobrokan menahun yang tak membesuk sembuh, alkisah sekali-kali ia tak boleh mendatangi dukun, tukang sihir ataupun paranormal. Perbuatan tersebut merupakan cacat besar. Begitu pula, seseorang tak boleh bertanya kepada mengatur akan kebobrokan maupun akan hal-hal yang ghaib, akibat tak ada yang mengetahui perkara ghaib, melainkan sekadar Allah saja; bahkan Rasulullah pula tak mengetahui perkara yang ghaib. Allah berfirman:

قُلْ لَا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلَا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلَا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ ۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ ۚ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الْأَعْمَىٰ وَالْبَصِيرُ ۚ أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ

“Katakanlah: “Aku tak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tak (pula) abdi mengetahui yang ghaib dan tak (pula) abdi mengatakan kepadamu bahwa abdi seorang malaikat. Aku tak mengikuti kecuali barang apa yang diwahyukan kepadaku”. Katakanlah: “Apakah sama anak buah yang buta dengan anak buah yang melihat?” Maka apakah anda tak memikirkan(nya)?” [Al An’am/6 : 50].

Ketiga : Pengobatan dengan barang apa yang ditunjukkan dan diajarkan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti ruqyah, adalah membacakan ayat-ayat Al Qur`an dan do’a-do’a yang shahih; sedemikian itu jua dengan madu, habbatus sauda’(jintan hitam), air zam-zam, bekam (mengeluarkan darah kotor dengan alat bekam), dan lainnya. Pengobatan dan penyembuhan yang amat baik itu dengan ayat-ayat Al Qur`an, akibat Al Qur`an merupakan advis belah manusia, pengobat dan rahmat belah bangsa mukminin.

Tidak diragukan lagi, bahwa penyembuhan dengan Al Qur`an dan dengan barang apa yang diajarkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa ruqyah, merupakan penyembuhan yang bermanfaat, sekalian penawar yang sempurna. Allah berfirman:

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

“Katakanlah: “Al Qur`an itu adalah advis dan penawar belah orang-orang yang beriman”. [Fushshilat/41 :44].

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan kami turunkan dari Al Qur`an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat belah orang-orang yang beriman”. [Al Isra/17 : 82].

Pengertian “dari Al Qur`an” pada ayat di atas ialah Al Qur`an itu sendiri. Karena Al Qur`an menurut keseluruhan ialah sebagai penyembuh, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas.[9]

Allah berfirman:

Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ

“Hai sekalian manusia, aktual menebak datang kepada kalian pelajaran dari Rabb kalian, dan pengobat belah penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan advis serta rahmat belah orang-orang yang beriman”. [Yunus/10 : 57].

Dengan demikian, Al Qur`an merupakan pengobat yang sempurna diantara seluruh remedi jantung dan jua remedi fisik, sekalian sebagai remedi belah seluruh kebobrokan dunia dan akhirat. Tidak setiap anak buah mampu dan mempunyai kemampuan untuk melancarkan penyembuhan dengan Al Qur`an. Jika penyembuhan dan penyembuhan itu dilakukan menurut baik terhadap penyakit, dengan didasari kepercayaan dan keimanan, akseptasi yang penuh, keyakinan yang pasti, terpenuhi syarat-syaratnya, alkisah tak ada ahad penyakitpun yang mampu melawannya untuk selamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan menentang dan melawan firman-firman Rabb bumi dan langit, yang andaikan firman-firman itu turun ke gunung, alkisah ia akan memporak-porandakan pegunungan tersebut? Atau andaikan turun ke bumi, niscaya ia akan membelahnya? Oleh akibat itu, tak ada ahad kebobrokan jantung dan jua kebobrokan awak pula melainkan di dalam Al Qur`an diperoleh jalan penyembuhannya, penyebabnya, serta pencegah terhadapnya belah anak buah yang dikaruniai pemahaman bagi Allah terhadap KitabNya. Allah ‘Azza wa Jalla (Yang Maha perkasa lagi Maha agung) menebak menyebutkan di dalam Al Qur`an kaum kebobrokan jantung dan fisik, jua disertai penyebutan penyembuhan jantung dan fisik.

Penyakit jantung terjadi dari dua macam, yaitu: kebobrokan syubhat (kesamaran) ataupun ragu dan kebobrokan berahi ataupun hawa nafsu. Allah Yang Maha suci menebak menyebutkan kaum kebobrokan jantung menurut terperinci disertai dengan kaum sebab, sekalian cara memulihkan penyakit-penyakit tersebut.[10]

Allah berfirman:

أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Dan apakah tak cukup belah mereka, bahwasanya Kami menebak menerjunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya di dalam Al Qur`an itu diperoleh rahmat yang besar dan pelajaran belah orang-orang yang beriman”. [Al ‘Ankabut/29 : 51].

Al ‘Allamah Ibnul Qayyim rahimahullah mengemukakan:

فَمَنْ لَمْ يَشْفِهِ الْقُرانُ فَلاَ شَفَاهُ اللهُ, وَمَنْ لَمْ يَكْفِهِ فَلاَ كَفَاهُ اللهُ.

“Barangsiapa yang tak dapat disembuhkan bagi Al Qur`an, berfaedah Allah tak melepaskan kesegaran kepadanya. Dan barangsiapa yang tak dicukupkan bagi Al Qur`an, alkisah Allah tak melepaskan kecukupan kepadanya”.[11]

Mengenai penyakit-penyakit badan ataupun fisik, Al Qur`an menebak membimbing dan menunjukkan kita kepada pokok-pokok penyembuhan dan penyembuhannya, jua kaidah-kaidah yang dimilikinya. Kaidah penyembuhan kebobrokan badan menurut keseluruhan diperoleh di dalam Al Qur`an, adalah ada tiga point: menjaga kesehatan, ayom diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan kebobrokan dan menghunus unsur-unsur yang merusak badan.[12]

Jika seorang hamba melancarkan penyembuhan dengan Al Qur`an menurut baik dan benar, niscaya dia akan memandang pengaruh yang memelikkan dalam penyembuhan yang cepat.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Pada suatu ketika abdi pernah jatuh sakit, tetapi abdi tak menemukan seorang dokter ataupun remedi penyembuh. Lalu abdi berusaha menyembuhkan dan memulihkan diriku dengan surat Al Fatihah, alkisah abdi memandang pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zam-zam dan membacakan padanya surat Al Fatihah berkali-kali, lalu abdi meminumnya batas abdi mendapatkan kesegaran total. Selanjutnya abdi bersandar dengan cara tersebut dalam menyembuhkan berbagai kebobrokan dan abdi merasakan manfaat yang sangat besar”.[13]

Demikian jua penyembuhan dengan ruqaa (jamak dari ruqyah) Nabawi yang riwayatnya shahih, merupakan remedi yang sangat bermanfaat. Dan jua suatu do’a yang dipanjatkan. Apabila do’a tersebut terhindar dari penghalang-penghalang terkabulnya do’a itu, alkisah ia merupakan sebab yang sangat bermanfaat dalam menolak hal-hal yang tak disenangi dan tercapainya hal-hal yang diinginkan. Demikian itu terbabit salah ahad remedi yang sangat bermanfaat, khususnya yang dilakukan berkali-kali. Dan do’a jua berfungsi sebagai penangkal bala` (musibah), mencegah dan menyembuhkannya, menghalangi turunnya, ataupun meringankannya andaikan ternyata sudah sempat turun.[14]

لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ الدُّعَاءُ, وَلاَ يَزِيْدُ فِي الْعُمُرِ إِلاَّ الْبِرُّ.

“Tidak ada yang dapat mencegah qadha` (takdir) kecuali do’a, dan tak ada yang dapat memberi adendum umur kecuali kebijakan”.[15]

Tetapi yang harus dimengerti menurut benar, bahwa ayat-ayat, dzikir-dzikir, do’a-do’a dan kaum ta’awudz (permohonan perlindungan kepada Allah) yang dipergunakan untuk menyembuhkan ataupun untuk ruqyah, pada hakikatnya pada semua ayat, dzikir-dzikir, do’a-do’a. Ta’awudz itu sendiri memberi manfaat yang besar dan jua dapat menyembuhkan. Namun ia memerlukan akseptasi (dari anak buah yang sakit) dan kekuatan anak buah yang menyembuhkan dan pengaruhnya. Jika suatu penyembuhan itu gagal, alkisah yang begitu itu disebabkan bagi lemahnya pengaruh pelaku, ataupun akibat tak adanya akseptasi bagi pihak yang diobati, ataupun adanya rintangan yang kuat di dalamnya yang menghalangi reaksi obat.

Pengobatan dengan ruqyah ini dapat dicapai dengan adanya dua aspek, adalah dari pihak pasien (orang yang sakit) dan dari pihak anak buah yang mengobati.

Yang berasal dari pihak pasien, ialah berupa kekuatan dirinya dan kesungguhannya dalam bergantung kepada Allah, serta keyakinannya yang pasti bahwa Al Qur`an itu sebagai pengobat sekalian rahmat belah orang-orang yang beriman. Dan ta’awudz yang benar, yang sesuai antara jantung dan lisan, alkisah yang begitu itu merupakan suatu bentuk perlawanan. Sedangkan seseorang yang melancarkan perlawanan, ia tak akan mencapai ganjaran dari musuh kecuali dengan dua hal, yaitu:

Pertama : Keadaan senjata yang dipergunakan haruslah benar, bagus dan kedua tangan yang mempergunakannya pula harus kuat. Jika salah ahad dari keduanya hilang, alkisah senjata itu tak banyak berarti; apalagi andaikan kedua keadaan di atas tak ada, adalah hatinya blangko dari tauhid, tawakkal, takwa, tawajjuh (menghadap, bergantung sepenuhnya kepada Allah) dan tak memiliki senjata.

Kedua : Dari pihak yang menyembuhkan dengan Al Qur`an dan As Sunnah jua harus memenuhi kedua keadaan di atas [16]. Oleh akibat itu, Ibnut Tiin rahimahullah berkata: “Ruqyah dengan menggunakan kaum perkataan ta’awudz dan jua yang lainnya dari nama-nama Allah adalah merupakan penyembuhan rohani. Jika dilakukan bagi lisan orang-orang yang baik, alkisah dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala kesegaran tersebut akan terwujud”. [17]

Para ulama menebak sepakat membolehkan ruqyah dengan tiga syarat, yaitu:[18]

1. Ruqyah itu dengan menggunakan kalam Allah Subhanahu wa Ta’ala, ataupun asma`dan sifatNya, ataupun sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. Ruqyah itu harus diucapkan dengan bahasa Arab, diucapkan dengan jelas dan dapat difahami maknanya.

3. Harus diyakini, bahwa yang melepaskan pengaruh bukanlah dzat ruqyah itu sendiri, tetapi yang memberi pengaruh ialah kekuasaan Allah. Adapun ruqyah sekadar merupakan salah ahad sebab saja.[19]

Wallahu a’lam bish Shawab, Washallahu ‘ala Nabiyina Muhammadin Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maraji’:

1. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari, Cet. Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Tahun 1412 H.

2. Zaadul Ma’ad Fi Hadyi Khairil Ibad, juz 4, bagi Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, tahqiq Syu’aib dan Abdul Qadir Al Arna-uth, Cet. Muassassah Ar Risalah, Tahun 1415 H.

3. Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, bagi Ibnu Hajar Al Asqalani, Cet. Darul Fikr.

4. Fathul Majid Syarah Kitabut Tauhid, ta’lif Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab, tahqiq Dr. Walid bin Abdurrahman Al Furayyan, Tahun 1419 H.

5. Adda’ wad Dawa’, bagi Ibnul Qayyim, tahqiq Syaikh Ali Hasan bin Halabi.

6. Al ‘Ilaj Bir Ruqa` Minal Kitab Was Sunnah, bagi Dr. Sa’id bin Wahf Al Qahthan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06//Tahun IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

_______

Footnote

[1]. Tafsir Ibnu Jarir Ath Thabari IX/26, no. 24588, Cet. I Darul Kutub Al ‘Ilmiyah, Beirut, Tahun 1412 H.

[2]. HR Al Bukhari no. 5678 dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu .

[3]. HR Muslim no. 2204, dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu .

[4]. HR Ad Daulabi dalam Al Kuna, dari sahabat Abu Darda`. Sanadnya hasan, dihasankan bagi Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no.1633.

[5]. HR Abu Ya’la dan Ibnu Hibban (no.1397, Mawarid), lihat Shahih Mawaridizh Zham-an, no. 1172, dari Ummu Salamah, baik lighairihi.

[6]. HR Muslim no. 2230 (125), Ahmad IV/68, V/380 dari seorang isteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

[7]. HR Ahmad II/408,429,476; Hakim I/8; Baihaqi, VIII/135; dari sahabat Abu Hurairah. Dishahihkan bagi Hakim dan disetujui Adz Dzahabi. Syaikh Al Albani menshahihkan jua dalam Shahih Al Jami’ish Shaghir no.5939.

[8]. Ruqyah, jama’nya adalah ruqaa. Yaitu bacaan-bacaan untuk penyembuhan yang syar’i, berasas pada riwayat yang shahih, ataupun sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang menebak disepakati bagi para ulama.

[9]. Lihat Al Jawabul Kafi Liman Sa-ala’anid Dawa-isy Syafi (Jawaban yang memadai belah anak buah yang bertanya akan remedi pengobat yang mujarab), ataupun Ad Da’wad Dawaa’ (penyakit dan obatnya), karya Ibnul Qayyim, hlm.7, tahqiq Syaikh Ali Hasan Ali Abdul Hamid.

[10]. Lihat Zaadul Ma’ad, karya Ibnul Qayyim (IV/5-6).

[11]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/352).

[12]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/6, 352).

[13]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/178).

[14]. Lihat Adda’ Wad Dawa’, hlm.10.

[15]. HR Al Hakim dan At Tirmidzi, no.2139 dari Salman z dan dihasankan bagi Syaikh Al Albani. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 154.

[16]. Lihat Zaadul Ma’ad (IV/67-68).

[17]. Fathul Baari (X/196).

[18]. Lihat Fathul Baari (X/195), jua Fatawa Al ‘Allamah Ibni Baaz (II/384).

[19]. Lihat Al ‘Ilaj Bir Ruqaa Minal Kitab Was Sunnah, hlm. 83.

Sekian penjelasan mengenai Ruqyah, Penyembuhan Dengan Al-Qur`an Dan As-Sunnah semoga tulisan ini menambah wawasan salam

tulisan ini diposting pada kategori download murottal juz 30 anak kecil, download murotal juz amma anak kecil, download murottal alquran 30 juz anak kecil, , tanggal 12-10-2019, di kutip dari https://almanhaj.or.id/2691-ruqyah-penyembuhan-dengan-al-quran-dan-as-sunnah.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Murottal Al-Qur’an: Abdullah Al-Khalaf Download Murottal Rost

Allow, berjumpa kembali, pada kali ini akan membawakan mengenai download murottal rost Murottal Al-Qur’an: Abdullah Al-Khalaf simak selengkapnya  Cari Berlangganan eBook Setiap sedia eBook baru, otomatis diinformasikan ke email. Daftarkan email anda, GRATIS Penting Petunjuk untuk Berlangganan eBook Klik disini Tidak Bisa Membuka eBook CHM Klik disini Tulisan Terakhir Risalah Cinta Yang Merindu Video: Cara Sholat Sesuai Sunnah_Yufid TV Fiqih Media Sosial Kalender 1441 H Arsip Arsip Kategori Kategori Tulisan Terakhir Risalah Cinta Yang Merindu Video: Cara Sholat Sesuai Sunnah_Yufid TV Fiqih Media Sosial Kalender 1441 H oke pembahasan perihal Murottal Al-Qur’a...

Murottal 30 Juz Syaikh Saad Al-Ghamidi Terjemahan Indonesia Download MP3 Quran Merdu Download Murottal Taqy Malik

Hi, berjumpa kembali, di kesempatan akan membawakan mengenai download murottal taqy malik Murottal 30 Juz Syaikh Saad Al-Ghamidi Terjemahan Indonesia Download MP3 Quran Merdu simak selengkapnya  Download MP3 Quran Merdu Murottal 30 Juz Terjemahan Indonesia Syaikh Saad Al-Ghomidi Syaikh Sa’ad al-Ghamidi lahir di Dammam, Sauri Arabia, dan mendalami ilmu syari’ah sebagai ilmu yang diperlukan akibat seorang Muslim. Tahun 2012 beliau ditunjuk sebagai imam di Masjid Kanoo, Dammam, Saudi Arabia. Sedangkan ala tahun 2009 beliau ditunjuk menjadi imam di Masjid Nabawi, Madinah. Syaikh Sa’ad al Ghamidi adalah salah seorang qori yang terkenal dari Saudi Arabia. Beliau memahfuzkan al-Qur’an menurut badar ala usia yang terbilang masih muda, yakni usia 22 tahun. Suaranya lembut dan tenang, jua dikenal sebagai seorang qari’ yang memiliki tajwid yang baik. Sama seperti wajahnya yang rupawan, bahana alunan al-Qur’an yang dialunkannya pun amat menawan. Lantunan bahan...

Muzammil Hasballah Mp3 Quran Download Murottal Quran Surat Al Kahfi

Hi, bertemu kembali, sesi kali ini akan menjelaskan mengenai download murottal quran surat al kahfi Muzammil Hasballah Mp3 Quran simak selengkapnya  Muzammil Hasballah is Student of the Architectural Engineering Institute of Technology Bandung (ITB) class of 2011. Muzammil recites the Quran with a beautiful melodious voice and is the imam of Masjid Al Latif and Masjid Salman ITB Bandung. Biography Muzammil Hasballah was born in Sigli on September 21, 1993 in the village of Paya Tijue, Kemukiman Gampong Lhang, Pidie district. He was the youngest of three children of the couple Drs H Hasballah Usman (late) and Dra Hj Sulaiman Hasnidar. The last time his father served as Head of a School in Pidie. Meanwhile, his mother was a teacher Madrasah Aliyah Negeri (MAN), who is now also retired. His mother Hasnidar, used to discipline her children in education and religion from an early age. Thanks to the discipline and hard work that, Muzammil n...